Sabtu, 05 Maret 2011

Rasa yang kabur. Makna yang abstrak

Galau?
Deja vu?
Firasat?
Aku tak tahu darimana mereka berasal
Asal-usul mereka sama sekali tidak jelas
Mungkin berasal dari perasaan, lalu pikiran, kemudian turun menjadi air mata.


Jangan bilang kau tak pernah merasakannya,
karena jika demikian
aku akan menjadi satu-satunya yang bodoh
yang merasakan hal-hal gila itu dengan terus memikirkannya kemudian memuntahkannya menjadi buliran air mata.


Apa yang mereka inginkan dariku?
Uang?
Aku miskin, aku bukan siapa-siapa.
Atau mereka ingin air mataku?
Sebenarnya, aku tak rela, membiarkan mereka tertawa saat air mataku turun dengan derasnya.


Jadi apa sebenarnya tujuan mereka?
Menyiksaku?
Aku kenyang akan siksaan.
Tapi aku tidak bisa menolak setiap kali mereka beraksi di dalam persaanku dan berusaha menembus pikiranku, melintas ke mataku.
Menerima perasaan itu dengan cuma-cuma
Menolak mereka masuk dalam pikiranku dengan usaha keras
Mencegah air itu mengalir deras


Aku tidak selalu berusaha memecah hati dan otakku menjadi dua aspek yang berbeda.
Mereka berkaitan.
Tapi jika hati telah merasakan rasa yang kabur, mengapa otak harus meneruskannya dengan memikirkan pikiran yang kabur juga?
Bentengi pikiranmu dengan kebahagiaan
Tak usah pedulikan jika orang lain beranggapan itu hanya sugesti bodohmu.
Jangan siksa pikiranmu jika hatimu sudah tersiksa dengan rasa yang kabur dan makna yang abstrak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar