Jumat, 15 Juli 2011

Abaikan Aku

Aku bingung dengan diriku sendiri, perasaanku.
Aku mengharapkanmu, tapi aku merindukannya.
Aku tak pernah bisa mendapatkan apa yang kuharapkan dan kurindukan. Itu kata temanku. Miris.
Aku benar-benar jatuh pada kedalaman pikiranmu. Kadang, aku sangat ingin menjadi sepertimu. Aku ingin dirimu melengkapiku.
Aku rindu kata-katanya, aku rindu padanya. Aku ingin dia disini. Juga dirimu.
Ampuni, abaikan aku.


Titik dimana aku membutuhkan kalian, aku tidak bisa memilih, bahkan mustahil untuk memiliki.
Aku lelah, mengaharap dan merindu tapi tak mendapatkan.
Aku lelah.
Tolong, jangan sesaki pikiranku, jangan sesaki batinku.


Aku diam, aku berusaha tak mendalami perasaan ini.
Tapi kau datang, ku ucap salam, kau sambut hangat.
Aku berniat untuk tidak memikirkannya tapi akhirnya, aku merindukannya.
Bagaimana aku tidak merindukannya jika kau datang kepadaku dan bersuara tentang seorang yang berhasil membuatmu berbunga? Dan itu bukan aku.
Miris, kau membuatku merasa begitu lelah. Bodoh.
Begitu pula dia, dia yang hanya tak baik untukku, berulang kali membuatku berpikir betapa aku menggilainya tanpa alasan mutlak seperti aku mengagumimu.


Bisakah kalian beristirahat walaupun hanya sejenak dari rutinitas mengisi batinku?
Ohh... ayolah, aku tak bisa mengabaikan kalian.
Aku mengharapkanmu, tapi aku merindukannya.
Dan mungkin, aku mengaharap dan merindu dengan percuma, tanpa hasil, satupun diantara kalian.
Abaikan aku, maafkan aku.

Selasa, 12 Juli 2011

I'm fine ☺

I just wanna be okay
I just wanna feel the day
I just wanna feel something good.


Aku berhasil melupakan kejadian norak itu lhooo *horeee*
Giving me applause! :D
I'm fine, I'm happy, I'm lucky.
Aku beruntung, tidak dirundung galau bertahun-tahun *horeee* *standing applause*


Aku bahagia, berusaha bersyukur dengan apa yang telah dikaruniakan Alloh.
Aku punya Alloh, ibu di hati, bapak, mas, keluarga, dan kalian.
Do you understand what I mean with "kalian"?
Ya kalian, kalian temaaaan :D
Aku pendiam tanpa kalian, aku jayus kalo ngelawak gak sama kalian, aku galau kalo diam di rumah gak jalan sama kalian, aku bahagia punya kalian.
Aku bersyukur bagaimana Alloh mengkaruniakan kalian untuk menjadi temanku, temanku.
Memang kita sama-sama masih labil, tapi beberapa saran yang kalian berikan itu cukup membantu jika masalah datang.
Aku nangis, aku terharu, indahnya dunia kalo kita punya banyak teman, bukan musuh.
Aku bertahan lho, aku gak cengeng, kadang kalo sakit, aku tahan biar bisa tetep main sama kalian.
Kadang, kalo lagi sakit, aku gak bisa ngakak sekalipun OVJ lucunya minta ampun. Tapi kalo sama kalian, cukup dengan goyang chaiyya-chaiyya aja aku nguakak setengah mati walaupun tenggorokan suakit setelah ngakak. Terus bikin aku ngakak yaa :"))))
Kita pernah nangis bareng-bareng! How sweet we are!
Yang aku takutkan, "temanmu adalah calon musuhmu". Naudzubillah. Semoga kita gak pernah musuhan. Gak akan pernah! Marahan, iri sedikit sih wajar, tapi gak boleh musuhan! GAK MAU!
Temani aku, teman.
Sekali lagi bersyukur sama Alloh. Yang tulus ya kalo nemenin, ngasih saran, ngasih tissue pas lagi nangis trus meler, ngasih duit, ngasih jajan, ngasih minum, ngasih motor, ngasih mobil, ngasih rumah *mulai ngacoo*
Makasih mau jadi temanku :)
Padahal aku sok asik, cerewet, telmi, hh gak banget dweeh -__-v
Makasih.

Sabtu, 09 Juli 2011

Just changed my bio twitter

" Some people say that I'm strong. I'll be more stronger if my mom here, beside me."
Kenapa? Salah grammar? Maaf, direct message saja untuk membetulkan.
Setelah bingung dengan apa yang harus diisikan dalam bio itu, aku menyerah.
Dengan perasaan penuh kekufuran aku menuliskannya hanya untuk mewakilkan perasaan.
Terdengar tidak bersyukur, bukan? Maaf. Tapi ijinkan aku menuliskannya agar dunia bisa merasakan sesakan batin yang kuidap selama hampir satu tahun.
Aku merindunya. Selalu. Selamanya.
"Kamu tegar". Jujur, aku sedikit merasa terhibur ketika orang lain menyatakan itu kepadaku.
Memangnya kata apalagi yang harus kuresapi dalam maknanya selain "tegar" itu? Aku hidup dalam ketegaran, dan aku tak kalah dengan takdir menyakitkan. Aku memaknainya jauh mendalam. Aku tegar, karena aku takut dosa memintanya kembali. Tapi sebetulnya, aku sudah berdosa dengan membebaninya perasaan rinduku.